Thursday, May 10, 2012

Bom Like Facebook





Like semua status dengan sekali klik
lansung aja yah ke tkp.
note : konsekuensi di tanggung sendiri, oh y sekedar saran aja jangan terlalu sering make ni bomlike :p


Donwload Here
Read more

8 Hacker Top yang Direkrut Perusahaan Besar

Nama seorang hacker akan menjadi kondang setelah berhasil menembus sistem keamanan komputer yang rumit. Aksi mereka itu kadang sampai ke tangan hukum, namun tidak sedikit pula yang malah dipekerjakan oleh perusahaan besar.

Ya, beberapa hacker tampaknya memang tidak punya maksud jahat. Selain ingin menunjukkan celah keamanan dari sistem yang dijebolnya.

Ujung-ujungnya, mereka malah mendapat tugas untuk menjaga keamanan sistem dari bahaya ataupun bertugas di bidang lainnya. Siapa saja? Berikut ini sebagian di antaranya :

1. Peter Hajas

 Peter Hajas adalah pembuat aplikasi populer di perangkat iOS yang telah di-jailbreak, bernama MobileNotifier. Dengan MobileNotifier, pengguna bisa memodifikasi user interface di perangkat iOS seperti iPad dan iPhone.

Beberapa bulan sesudah aplikasi itu diluncurkan, Hajas mengaku lewat Twitter bahwa dia diajak bergabung dengan perusahaan 'buah', siapa lagi kalau bukan Apple. Kabarnya, ia menjadi developer di sana.

2. Johnny Chung

Chung dikenal pernah melakukan aksi pembobolan pada kontroler Wiimote yang dipakai untuk mengendalikan konsol game Nintendo Wii. Hanya dengan peralatan yang cukup sederhana.

Chung kemudian langsung disewa oleh Microsoft untuk turut mengembangkan kontroller Kinect di Xbox. Kabarnya, Google juga berminat memakai skill yang dimilikinya.

3. Jeff Moss

Jeff Moss adalah pendiri Black Hat dan penggagas konferensi hacker DEF CON. Riwayat panjangnya sebagai hacker sudah dimulai sejak tahun 1980-an sehingga skillnya sangat mumpuni.

Tak main-main, Jeff pun dipekerjakan sebagai konsultan sekuriti di lembaga pemerintah AS, Homeland Security Advisory Council. Selain itu, dia juga menjadi Chief Security Officer di ICANN.

4. Chris Putnam
Saat kuliah, Chris Putnam dan temannya menciptakan worm untuk menginfeksi Facebook. Pihak Facebook yang diwakili salah satu pendirinya, Dustin Moskovitz pun menghubungi Putnam karena malah terkesan dengan aksinya.

Putnam akhirnya memutuskan drop out dan bergabung dengan Facebook sebagai engineer. Dia diserahi tugas untuk membuat aplikasi di Facebook.


5. Ashley Towns
Tahun 2009, Ashley Towns yang asal Australia ini membuat virus worm pertama yang menarget iPhone. Virus ini secara otomatis menampilkan foto seorang penyanyi terkenal di wallpaper iPhone yang terinfeksi.

Sebuah perusahaan pengembang aplikasi iPhone bernama Mogeneration pun tertarik dengan bakatnya. Tak butuh waktu lama, dia pun dipekerjakan di sana.


6. Michael Mooney
Mooney di tahun 2009 masih berstatus pelajar SMA. Namun dia sudah mampu membuat worm Twitter yang bisa mengirimkan tweet dari ratusan akun, kebanyakan dengan disertai link pada website spam.

Mooney mengakui mendapatkan banyak tawaran kerja setelah aksinya tersebut. Akhirnya, dia memilih menjadi pegawai di developer aplikasi exqSoft Solutions.


7. Kevin Poulsen 
Kevin mampu membobol jaringan stasiun radio KIIS FM yang membuatnya dapat merekayasa dan memenangkan sebuah kompetisi di sana. Kemudian, ia juga membobol komputer FBI yang membuatnya ditahan 5 tahun penjara.

Sekarang, ia sudah tobat dan menjadi jurnalis senior di media teknologi terkemuka Wired. Dia pun banyak membahas soal sekuriti.


8. George Hotz
 George Hotz atau yang biasa dikenal dengan nama Geohot menjulang namanya setelah membobol sistem PlayStation 3 sehingga bisa memainkan game bajakan. Sampai-sampai Sony sempat memperkarakannya ke pengadilan.

Bakatnya yang besar itu membuatnya sempat dipekerjakan oleh Facebook. Walaupun belakangan dikabarkan ia sudah keluar dari situs jejaring sosial terbesar dunia itu.

sumber : http://devilzc0de.org/forum/thread-14922.html
Read more

Monday, March 12, 2012

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI

Konsep komunikasi


A. Pengertian

Berikut ini adalah beberapa defenisi komunikasi, antara lain:

1. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran, (Kozier & Erb, 1995)

2. Komunikasi adalah proses berbagi atau sharing informasi atau proses pembangkitan dan pengoperan arti (Tailor, Lilis, Le Mone)

3. Komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain, (Keits Davis)

4. Komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar informasi, ide dan sebagainya,(Oxford Dictionary, 1965)

5. Komunikasi merupakan pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak, tetapi informasi yang ditransfer harus dimengerti oleh penerima (Harord Koont & Cyril O’Donell)


B. Ruang lingkup

Ruang lingkup komunikasi sebagai berikut:

1. Komunikasi dapat berupa perintah

2. Komunikasi dapat berupa permintaan

3. Komunikasi dapat berupa observasi

4. Komunikasi dapat berupa informasi

5. Komunikasi dapat berupa pelajaran


C. Tujuan Komunikasi antara lain:

1. Untuk memindahkan informasi

2. Untuk memperlancar kegiatan

3. Untuk melaksanakan kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian tujuan, baik lingkup pekerjaan maupun hubungan antar manusia.

D. Fungsi komunikasi antara lain:

1. Untuk mendorong 4. Untuk mengidentifikasi

2. Untuk menganjurkan 5. Untuk mengkaji

3. Untuk mengungkapkan 6. Untuk mengevaluasi

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan pasien.

2. Tujuan komunikasi terapeutik

a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.

b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan efektif dan mempertahankan kekuatan egonya

c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri


3. Fungsi komunikasi terapeutik

a. Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan antara perawat dan pasien

b. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.

4. Prinsip komunikasi terapeutik

Menurut Carl Rogers

a. Perawat harus mengenal dan memahami dirinya sendiri

b. Komunikasi ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai

c. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut

d. Berperan sebagai Role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain.

e. Mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi

f. Bertanggung jawab dengan dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

5. Perbedaan komunikasi terapeutik dan komunikasi social

a. Komunikasi terapeutik

1. Terjadi antara perawat dengan pasien atau dengan anggota timkesehatan lain

2. Komunikasi umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan, berfokus kepada pasien yang membutuhkan kesembuhan

3. Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada pasien dengan cara menunjukkan sikap mau mengerti dan memahami pasien sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka tentang dirinya.


b. Komunikasi social

1. Terjadi setiap hari antara orang ke orang baik dalam pergaulan maupun dalanm lingkungan kerja.

2. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan

3. Lebih banyak terjadi dalam aktivitas sosial dan pekerjaan sehari-hari

4. Pembicara tidak mempunyai focus tertentu tetapi labih mengarah kebersamaan dan rasa senang.

5. Dapat direncanakan tetapi dapat pula tidak direncanakan

6. Tekhnik-tekhnik komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik menurut Stuart dan Sundeen terbagi atas dua dimensi antara lain:

a. Dimensi respon

Dimensi respon terdiri dari sikap perawat yang:

1. Ikhlas

Keikhlasan perawat menyatakan keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan aktif dalam hubungan dengan klien.

2. Menghargai

Perawat harus menerima klien apa adanya, sikap perawat harus tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek atau tidak menghina.

3. Empati

Kemampuan perawat masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya.

4. Konkrit

Perawat harus mengggunakan pengertian/defenisi yang spesifik bukan abstrak untuk menghindari keraguan dan ketidak jelasan dari klien.

b. Dimensi tindakan

Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon

Dimensi tindakan terdiri dari:

1. Konfrontasi ~ Ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai ada 3 (tiga) kategori konfirmasi:

a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri klien (keinginan klien)

b. Keterbukaan perawat ~ Perawat memberikan informasi tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien, dan memberikan informasi tentang dirinya, idealnya perasaan, sikapnya dan nilainya.

c. Kesegaran ~ kesegaran berfokus pada interaksi dan hubungan perawat dengan klien perawat sensitive terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu segera.

d. Emisional chatarsis ~ terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat mengganggu diri.

e. Bermaain peran ~ melakukan peran pada situasi tertentu untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan peran melihat situasi dari pandangan orang lain.

7. Criteria evaluasi komunikasi terapeutik

a. Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.

c. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

Ø Teori komunikasi sangat sesuai dengan praktek keperawatan karena:

· Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan terapeutik, karena komunikasi mencakup penyampaian informasi

· Komunikasi adalah cara yang digunakan untuuk mempengaruhi perilaku

· Komunikasi adalah hubungan itu sendiri, hubungna pasien – klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.

Ø Elemen-elemen pada proses komunikasi:

1. Komunikator ~ pengirim pesan, asal pesan

2. Komunikan ~ penerima pesan, yang mempersiapkan pesan

3. Pesan ~ informasi yang dipindahkan

4. Media ~ dimana komunikasi terjadi

5. Umpan balik ~ respon

Ø Sikap perawat dalam komunikasi

Komunikasi dengan klien adalah perawat hadir secara fisik dan psokologis.

Sikap atau cara menghadirkan diri secara fisik:

· Berhadapan ~ Makna : saya siap untuk anda

· Mempertahankan kontak mata ~ Makna : menghargai klien dan keinginan untuk tetap berkomunikasi

· Membungkuk kearah klien ~ Makna : keinginan untuk mendengar atau mengatakan sesuatu

· Mempertahankan sikap terbuka ~ Makna : keterbukaan untuk berkomunikasi

· Tetap rileks ~ Makna : tetap dapat mengontrol ketegasan dan relaksasi dalam keseimbangan unyuk member respon kepada klien

Ø Kebutuhan terapeutik

Komunikasi terapeutik sangat dibutuhkan agar dalam berkomunikasi tidak terjadi ketegangan baik bagi perawat ataupun klien.

Ada 2 hal yang dapat menyebabkan terjadinya ketegangan antara perawat dan klien antara lain:

1. Resisten yaitu upaya pasien untuk tetap tidak menyadari penyebab yang dialaminya. Terjadi akibat ketidaksiapan pasien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah dirasakan.

Perilaku yang sering diperlihatkan pasien antara lain:

- Pandangan keputusan tentang masa depan

- Dorongan untuk sehat terjadi secara tiba-tiba

2. Transferens yaitu respon tidk sadar dimana pasien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya yang lalu.

Perilaku yang sering diperlihatkan pasien antara laina:

- Reaksi bermusuhan


- Tergantung


Ø Mengatasi kebuntuan terapeutik

1. Perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional

2. Perawat memahami kebutuhan terapeutik

3. Tekhnik klarifikasi dan refleksi isi perasaan.
Read more

Makalah KDM "Sosialisasi Profesi"

BAB I


PENDAHULUAN


Dalam memahami pengertian profesi, terdapat beberapa pendapat yang mempunyai pandangan terhadap pengertian profesi itu sendiri dintaranya Schein EH(1962) yang memandang bahwa profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang sangat khusus. Hughes EC (1963) mengartikan profesi adalah mengetahui yang lebih baik tentang suatu hal dari orang lain serta mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya.


Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsikosial dan spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu , keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.(Lokakarya, 1983)


Pada hakekatnya , keperawatan merupakan salah satu ilmu dan kiat , profesi yang berorientasi pada pelayanan , memiliki empat tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan.


Selain mempraktikkan kiat dan ilmu keperawatan, perawat juga mengemban tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap klien, anggota tim, pemberi perawatan kesehatan lainnya , lembaga , dan negara bagian. Perawat adalah anggota TIM dalam sistem layanan kesehatan dan mengemban berbagai peran dan tanggung jawab. Beberapa peran tersebut adalah praktisi , pendidik , peneliti , kolaborator , penasihat , manager kasus , dan administrator.


Proses keperawatan memberikan panduan sistematis atau metode untuk membantu peserta didik dan perawat pemula mengembangkan gaya berpikir yang mengarah pada penilaian klinis yang tepat. Pendidik perawat asalnya menyusun proses keperawatan sebagai alat pengajaran untuk memandu peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis untuk praktik keperawatan. Proses keperawatan dan berbagai model keperawatan dapat dipertimbangkan sebagai “roda latihan” praktik.


Praktik keperawatan profesional diartikan sebagai bentuk penampilan dari hasil tindakan observasi, asuhan, dan konseling dari kondisi sakit, cedera atau ketidakberdayaan dalam mempertahankan kesehatan atau mencegah terjadinya penularan penyakit.



BAB II


PEMBAHASAN


SOSIALISASI PROFESI


Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju ke arah profesional. Dalam keperawatan proses tersebut diawali dari persepsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang profesional. Demikian juga pendidikan yang dulunya bersifat vokasional kemudian bergeser ke arah pendidikan tinggi keperawatan.


Setelah lokakarya pada tahun 1983 , proses menjadikan diri profesional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan di mana dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya.


Adapun perawatan profesional yaitu bahwa bentuk perawatan yaitu bahwa bentuk perawatan ini melengkapi perawatan diri maupun perawatan dasar , atau menggantikannya jika memang diperlukan.



A.PENDIDIKAN DAN SOSIALISASI PROFESI


Penataan Pendidikan Keperawatan


Pendidikan merupakan unsur pertama yang harus dilakukan penataan karena melalui pendidikan perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkan dapat berkualitas. Dalam penataan pendidikan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :


1. Percepatan pertumbuhan pendidikan keperawatan dalam sistem pendidikan nasional dengan menetapkan jenjang dan jenis pendidikan keperawatan mulai dari jenjang pendidikan diploma , sarjana , magister ,dan doktor.


2. Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan pendidikan pada pusat-pusat pendidikan keperawatan. Pelaksanaan pengendalian tersebut dilakukan dengan mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan serta penyesuaian standar pendidikan sesuai dengan pendidikan profesi keperawatan.


3. Pengembangan lahan praktek keperawatan dilakukan dengan membentuk komunitas profesional. Pengembangan ini dilakukan untuk pencapaian kompetensi yang ada dengan menerapkan pengalaman-pengalaman belajr klinik dan lapangan bagi calon-calon perawat.


4. Pengembangan dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya masyarakat akademis profesional.


Penataan Pendidikan Berlanjut


Penataan pendidikan keperawatan berkelanjutan merupakan syarat penting dalam mempercepat profesionalisasi keperawatan, karena melalui pendidikan berkelanjutan keperawatan akan selalu berkembang dan terarah dalam mengembangkan spesialisasi atau tingkat kekhususan dalam profesi keperawatan. Untuk menuju penataan tersebut dapat dilakukan dengan :


1. Pengembangan pola pendidikan berkelanjutan. Pengembangan pola ini diharapkan akan lebih memudahkan dalam jangkauan dan pencapaian bagi komunitas perawat agar selalu meningkatkan diri dalam perkembangan ilmu keperawatan.


2. Penyusunan program pendidikan berkelanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan perawat. Proses ini dapat dimulai dengan dengan program sertifikasi dalam keterampilan atau keahlian khusus.


3. Pengembangan kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keperawatan melalui upaya pengembangan pendidikan keperawatan di beberapa tempat pelayanan atau pendidikan.


JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Sistem pendidikan tenaga keperawatan merupakan sistem terbuka yang terus berkembang secara terarah , menyeluruh, bertahap dan terkendali hingga mencapai jenjang pendidikan keperawatan paling tinggi. Pelaksanaan sistem ini selalu terintegrasi dan berorientasi pada aspek keilmuan dan aspek keprofesian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Jenjang pendidikan keperawatan yang dimaksud yaitu :


1. Pendidikan Keperawatan Vokasional


Jenis pendidikan ini mencakup Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Selain itu , terdapat jenis pendidikan penjenang kesehatan (SLTP + 2 tahun) yang secara bertahap telah disetarakan dengan SPK sejak tahun 1995.


2. Pogram Pendidikan Jenjang Diploma


a. Program Pendidikan Jenjang Diploma III Keperawatan


Program pendidikan D III Keperawatan ini menghasilkan perawat profesional pemula dengan sebutan ahli Madya Keperawatan. Program D III keperawatan ini dilakukan oleh :


- Lulusan SLTA dengan lama pendidikan 6 semester (3 tahun)


- Lulusan SPK yang akan menempuh pendidikan di jalur khusus, yaitu :


Ø D III khusus RS dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun)


Ø D III khusus puskesmas dengan lama pendidikan 5 semester (2,5 tahun)


Ø D III khusus masa kerja 0 tahun dengan lama pendididkan 6 semester (3 tahun)


b. Program Pendidikan Diploma IV Keperawatan


Pendidikan pada program ini lebih bersifat spesialisasi dalam keperawatan dengan sebutan ahli keperawatan. Jenis spesialisasi keoerawatan ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan dalam bidang medis terutama keperawatan. Jenis-jenis spesialisasi tersebut antara lain keperawatan maternitas , komunitas , keluarga , jiwa , gerontik , dan keperawatan gawat darurat. Lama pendidikan 2 semester (1 tahun) setelah menyelesaikan program D III Keperawatan.


3. Program Pendidikan Sarjana Keperawatan


Program pendidikan sarjana keperawatan menghasilkan lulusan perawat profesional dengan nama gelar Sarjana Keperawatan dan sebutan profesi yaitu Ners.


4. Program Pendidikan Pasca Sarjana Keperawatan


Lulusan program ini diharapkan mampu memenuhi tuntutan sebagai Ners konsultan dan Peneliti. Program pendidikan pascasarjana ini dilaksanakan dengan lama studi 4 semester (2 tahun). Lulusan ini mendapat gelar “Master Keperawatan”.


5. Program Spesialis Keperawatan


Program pendidikan spesialis keperawatan ini menekankan pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan profesional hanya pada salah satu disiplin ilmu keperawatan. Dalam hal ini , jenis spesialiasasi berdasarkan peran perlu dipertimbangkan, misalnya Ners pendidik, Ners penyelia , atau Ners peneliti.


6. Program Pendidikan Doktoral


Untuk sementara program ini belum ada di Indonesia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius pada masa mendatang mengingat semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap profesi ini dan semakin pesatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.


KURIKIULUM PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Kurikulum pendidikan keperawatan disusun berdasarkan hal-hal sebagai berikut ini , yaitu :


1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku


2. Kebutuhan masyarakat akan kesehatan


3. Landasan profesi keperawatan yang mantap


4. Jenis dan jenjang pendidikan keperawatan


5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta orientasi masyarakat dengan tetap memperhatikan kaidah profesi keperawatan.


6. Paradigma keperawatan harus tumbuh dan berkembang berdasarkan pada pandangan filosofi keperawatan.


KERANGKA KONSEP PENDIDIKAN KEPERAWATAN


Kerangka konsep pendidikan keperawatan di Indonesia mencakup hal-hal sebagai berikut:


1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Kurikulum pendidikan profesi keperawatan harus disusun dengan tujuan agar peserta didik mampu menguasai ilmu keperawatan dan keterampilan profesional.


2. Memecahkan masalah keperawatan secara ilmiah.


Kurikulum pendidikan keperawatan profesional harus disusun dengan tujuan agar peserta didik mampu memecahkan masalah berdasarkan pada metode ilmiah yang disebut dengan proses keperawatan.


3. Sikap, Tingkah laku , dan Kemampuan Profesional.


Kurikiulum pendidikan keperawatan harus disusun agar mampu membentuk sikap , perilaku , dan kemampuan profesional pada peserta didik dengan tetap memperhatikan kode etik keperawatan.


4. Belajar Aktif dan Mandiri


Kurikulum pendidikan keperawatan yang disusun harus mampu memfasilitasi peserta didik agar terstimulasi untuk belajar secara aktif dan mandiri serta menumbuhkan minat belajar yang berkelanjutan.


5. Pendidikan di Masyarakat


Kurikulum pendidikan keperawatan harus disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sehingga peserta didik ampu memahami kebutuhan tersebut dan tidak mengalami kesulitan pada saat memberikan pelayanan.


Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini , maka keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter ,apoteker , dokter gigi dan lain-lain. Dengan demikian keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi karna memiliki :


- Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (scientific nursing)


- Memiliki kode etik profesi


- Memiliki lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan standar praktek keperawatan atau standar asuhan keperawatan yang bersifat dinamis.


- Memiliki organisasi profesi



B.MODEL-MODEL SOSIALISASI PROFESI


Model praktik keperawatan adalah diskripsi/gambaran dari praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan filosofi , konsep , dan teori keperawatan.


Tujuan model keperawatan , yaitu sebagai berikut :


a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan


b. Mengurangi konflik , tumpang tindih , dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.


c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.


d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.


e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
 
 
 KONSEP MODEL KEPERAWATAN


A. Model Keperawatan Menurut Peplau


Model keperawatan ini lebih bersifat psikodinamis yang mencakup kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan menggunakan prinsip hubungan antar manusia.


Peplau membagi paradigma keperawatan menjadi empat komponen utama berikut ini, yaitu :


1. Keperawatan


2. Manusia


3. Lingkungan


4. Sehat


Model keperawatan menurut Peplau ini memiliki empat komponen sentral yang mencakup proses interpersonal , perawat , klien , dan ansietas.


1. Interpersonal


a. Komponen ini menggambarkan metode penggunaan transformasi energi atau ansietas klien oleh perawat.


b. Proses interpersonal terdiri atas 4 fase, yaitu :


· Fase Orientasi


Dalam fase ini terjadi proses pengumpulan data , dan proses membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.


· Fase Identifikasi


Dalam fase ini perawat berupaya dapat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melalsanakan asuhan keperawatan berdasarkan kliennya.


· Fase Eksplorasi


Dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat di dalamnya.


· Fase Resolusi


Dalam fase ini klien secara bertahap membebaskan diri dari ketergantungan dengan tenaga profesional.


2. Perawat


Dalam melaksanakan model Peplau , perawat berperan sebagai berikut :


a. Sebagai mitra kerja


b. Sebagai sumber informasi


c. Sebagai pendidik


d. Sebagai pemimpin


e. Sebagai wali/pengganti


f. Sebagai konselor





3. Klien


Klien adalah subjek yang langsung dipengaruhi oleh adanya proses interpersonal.


4. Ansietas


Ansietas adalah konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya ansietas meningkat. Oleh karena itu , perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas meningkat.



Aplikasi Model Peplau dalam keperawatan


1. Aplikasi dalam proses keperawatan


a. Tahap orientasi : tahap pengkajian dan diagnosis keperawatan


b. Tahap identifikasi : tahap perencanaan


c. Tahap eksplorasi : tahap implementasi


d. Tahap resolusi : tahap evaluasi




2. Aplikasi dalam riset keperawatan


Model Peplau banyak dipakai pada riset kesehatan mental khususnya berhubungan dengan tingkat ansietas


3. Aplikasi dalam pendidikan keperawatan


Model ini dipakai pada tatanan psikiatri di tingkat pengetahuan dasar dalam metode primer one-to-one relationship.


4. Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional


Model ini dapat diterapkan dalam praktik profesional berikut ini.


a. Praktik keperawatan psikoterapi


b. Praktik komunikasi antara perawat dan pasien


c. Praktik interpersonal melalui peran dan tahapan keperawatan






B. Model Keperawatan Menurut Neuman


Model Neuman menggambarkan peran dan fungsi perawat yang bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan dalam satu sistem yang terbuka merupakan rangkaian dari input , proses , dan output. Sistem ini berfungsi sebagai penyaring untuk fungsi tertentu.


Paradigma keperawatan menurut Neuman tebagi atas empat komponen yaitu :


1. Manusia / Klien


Manusia adalah gabungan dari hubungan berbagai variabel , seperti fisiologi , psikologi , dan sosio-kultural.


2. Lingkungan


Menurut Neuman mencakup semua faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem.


3. Kesehatan


Kesehatan sebagai satu kondisi terpenuhinya semua kebutuhan dan terciptanya keselarasan antar elemen-elemen individu.


4. Keperawatan


Keperawatan adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan sistem sosial di sekitarnya yang mempunyai hubungan saling ketergantungan. Keperawatan mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem di sekitarnya dan berupaya mengoptimalkan fungsi dan kelangsungan hidup seluruh sistem.


5. Komunitas


Komunitas adalah salah satu saran pelayanan keperawatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup komunitas adalah struktur fisik , tempat , riwayat masyarakat , usia , ras , dan komposisi jenis kelamin dalam suatu populasi.


Aplikasi Model Neuman dalam Asuhan Keperawatan


Model ini banyak digunakan untuk melakukan pengkajian di komunitas dan keluarga , misalnya mengkaji stresor primer, sekunder , dan tertier untuk menentukan apakah stresor tersebut telah sampai pada tahap mengganggu garis pertahanan. Stresor primer mencakup perkawinan , dan kedatangan anak dalam keluarga sedangkan stresor sekunder mencakup tidak bekerja/PHK , bencana alam , dan kematian anggota keluarga.


C. Model Adaptasi ROY


Roy berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan yakni keperawatan , tenaga kesehatan , lingkungan dan sehat.


1. Elemen keperawatan


Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan. Keperawatan memberikan perbaikan pada manusia sebagai satu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.


2. Elemen manusia


Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi , yaitu suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol , keluaran dan umpan balik. Pada model adaptasi keperawatan, manusia dilihat sebagai sistem kehidupan yang terbuka , adaptif , melakukan pertukaran dengan energi dengan zat/benda dan lingkungan.


3. Elemen lingkungan


Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, kendaraan dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.


4. Elemen sehat


Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang terjadi pada makhluk (hidup) dan terintegrasi dalam individu seutuhnya.


Aplikasi Model Adaptasi Roy


Model ini dapat digunakan dalam penelitian keperawatan , dan sebagai pedoman dalam memberikan perawatan pada anak-anak , lansia , dan di komunitas. Model ini lebih menekankan pada faktor psikologis.


D. Model Sistem Perilaku Johnson


Model ini adalah perpaduan antara teori, konsep, ilmu perilaku dan ilmu biologi dengan sistem rencana kerja yang mengutamakan teori stres dan adaptasi.


Dalam model ini setiap individu dipandang sebagai sistem perilaku yang berusaha mencapai keseimbangan dan stabilitas baik di dalam maupun di luar , mengatur dan menyesuaikan dengan pengaruh lingkungan, serta mempelajari pola respons. Apabila pengarahan terlalu kuat dan individu tersebut tidak mampu mengatasinya/menyesuaikan maka fungsi kapasitas akan menurun dan terjadi inefisiensi serta pemborosan tenaga.



C.PARTISIPASI AKTIF PERAWAT DALAM SOSIALISASI PROFESIONALNYA SENDIRI


PERAN PERAWAT


Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang dengan kedudukan dalam sistem , di mana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari sebagian pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien , koordinator , kolaborator , konsultan dan peneliti.


a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.



b. Peran sebagai advokat klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengembalian persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak pelayanan sebaik-baiknya , hak atas informasi tentang penyakitnya , hak atas privasi , hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.



c. Peran edukator


Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan , gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan , sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.



d. Peran koordinator


Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.


e. Peran kolaborator


Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
 
 
f. Peran konsultan


Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.


g. Peran pembaharu


Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama , perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.


h. Peran manager (pengelola)


Perawat mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit , puskesmas , dsb) maupun tatanan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan konsep managemen keperawatan. Managemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan , pengobatan , dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 1985). Dengan demikian , perawat telah menjalankan fungsi managerial keperawatan yang meliputi planning , organizing , actuating , staffing , directing , dan controlling.

Selain itu , adapun peran perawat menurut lokakarya (1983) yang membagi menjadi empat peran , yaitu :


1. Peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan


2. Peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan


3. Peran perawat sebagai pengelola layanan dan institusi keperawatan


4. Peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan



FUNGSI PERAWAT


Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya.


Tujuh fungsi perawat , yaitu :


1. Melaksanakan instruksi oleh dokter


2. Observasi gejala dan respons pasien yang berhubungan dengan penyakit dan penyebabnya


3. Memantau pasien, menyusun, dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus-menerus berdasarkan pada kondisi dan kemampuan pasien


4. Supervisi semua pihak yang ikut terlibat dalam perawatan pasien


5. Mencatat dan melaporkan keadaan pasien


6. Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan


7. Memberikan pengarahan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental
Read more

Makalah KDM "Merawat Kuku"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Dan pemerawat kuku juga mempengaruhi pertumbuhan kuku,Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan rapuh. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk menyusun makalah tersebut dan pada bab-bab berikutnya akan di bahas tentang perawatan kuku.

B.     TUJUAN
Tujuan dari makalah ini ialah memahami pentingnya menjaga kebersihan kuku


BAB II
MERAWAT KUKU
A.    PERAWATAN PADA KUKU TANGAN DAN KAKI

Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.
B.     ANATOMI KUKU
1.      Struktur anatomi kuku
 
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan rapuh.
1.      Fungsi kuku
       Kuku mempunyai 2 fungsi utama : Fungsi pertama yang diketahui secara umum ialah memberikan lebih sensitiviti terhadap deria sentuh. Ujung jari diliputi dengan reseptor yang banyak yang membenarkan kita menerima maklumat dengan lebih efektif apabila kita menyentuh sesuatu objek. Kuku bertindak sebagai penentang daya yang menambahkan lagi sensitiviti kulit, walaupun pada kuku itu sendiri tidak mempunyai saraf reseptor
A.    MASALAH GANGGUAN PADA KUKU
1.      Ingrown nail, kuku tangn yang tidak tumbuh – tumbuh dan irasakan sakit pada daerah tersebut.
2.      Paroyeychia, radang disekitar jaringan kuku
3.      Ram’s horn nail, gangguan kuku yang di tanndai pertumbuhan yang lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.
4.      Bau tidak sedap, reaksi mikro organisme yang menyebabkan bau tidak sedap.
B.     ASKEP PADA MASALAH PERAWATAN KUKU
a.       Pengkajian keperawatan
Pengkajian yang perlu dilakukuan adalah penilaian tentang keadaan warna , bentuk, dan keadaan kuku. Adaya jari tabung dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung dan bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi dan inpeksi.
b.      Diaknosis keperawatan
Resiko terjadi luka ( infeksi ) berhubungan dengan proses masuknya kuman akibat garukan kuku.
c.       Intervensi keperawatan
Tujuan :
1.      Memelihara kebersihan kuku dan rasa nyaman pasien.
2.      Mempertahankan integritas kuku dan mencegah infeksi.
                                                       Rencana tindakan :
             Lakukan pemeliharaan kebersihan kuku dengan cara perawatan kuku.
d.      Implementasi keperawatan
·         Cara merawat kuku :
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku sendiri. Yujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
·         Alat dan bahan :
1.      Alat pemotong kuku
2.      Handuk
3.      Baskom berisi air hangat
4.      Bengkok / nirbekken
5.      Sabun
6.      Kapas
7.      Sikat kuku
·         Prosedur kerja :
1.      Menjelaskan prosedur tindakan pada pasien
2.      Menuci tangan
3.      Mengatur posisi pasien dengan duduk atau tidur
4.      Menentukan kuku yang akan dipotong
5.      Merendam kuku dengan air hangat kurang lebih 2 menit dan menyikat dengan memberikan sabun bila kotor.
6.      Mengeringkan dengan handuk.
7.      Meletakkan tangan pasien diatas bengkok dan melakukan pemotongan kuku.
8.      Mengucapkan hamdala
9.      Bereskan peralatan
10.  Perawat cuci tangan
e.       Evaluasi keperawatan
Secara umummenilai adanya kemampuan untuk mempertahankan kebersihan kuku, ditandai dengan keadaan kuku yang bersih, tidak ada tanda radang disekitar kuku, pertumbuhan baik, dan tidak ada bau yang khas dari kuku.

BAB III

PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Merawat kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 - 1,5 mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan rapuh.
B.     SARAN
Sebaiknya setelah membaca makalah ini kita lebih memahami dan memperhatikan cara, kondisi kebersihan kuku. Oleh sebab itu perlu pemahaman yang lebih mendalam lagi tentang masalah ini.
Read more

Makalah Tentang Pencemaran Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang

Saat ini kita hidup pada lingkungan yang sarat dengan bahan pencemar. Komponen lingkungan, seperti air, tanah, dan udara telah terkontaminasi bahan pencemar  padatingkat yang mengkhawatirkan. Kecenderungan pencemaran, terutama setelah perang dunia kedua mengarah pada dua hal, yaitu pembuangan senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat terutama akibat kegiatan industri dan transportasi, dan kedua adalah akibat penggunaan berbagai produk bioksida dalam kehidupan sehari – hari. Beberapa bahan pencemar yang terdapat pada lingkungan adalah karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan partikel. Partikel merupakan padatan yang sangat halus, umumnya berukuran kurang dari 10 μ, dapat melayang – layang di udara, dan ketika kita bernafas padatan ini dapat masuk ke dalam saluran pernafasan kita. Semakin kecil ukuran partikel yang ikut masuk ketika kita bernafas, maka semakin besar kemungkinan untuk sampai ke paru-paru.
Partikel yang banyak terdapat di lingkungan di antaranya adalah debu, dan timbal. Terlepasnya timbal ke dalam lapisan atmosfir bumi dapat berbentuk gas dan partikulat. Timbal merupakan bahan kimia yang termasuk dalam kelompok logam berat. Menurut Palaar (1994) logam berat merupakan bahan kimia golongan logam yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh, di mana jika masuk ke dalam tubuh      organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil akan berakumulasi di dalam tubuh, sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan efek negatif dan gangguan kesehatan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
  1. Tujuan Umum Memperoleh gambaran pelaksanaan kesehatan masyarakat yang sesuai dengan fungsi ilmu kesehatan
  1. Tujuan Khusus
Agar masyarakat lebih memahami dan mengetahui seberapa penting kesehatan bagi kehidupan kita baik secara jasmani maupun rohani.

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk menyelesaikan tugas pada pelajaran bahasa Indonesia
  2. Sebagai bahan dalam memberikan sumbangan pemikiran pada masyarakat dalam mewaspadai dampak bahan pencemar timbal di lingkungan terhadap kesehatan.
 

BAB II
ISI

A.      Pengertian timbal (pb)
Timbal atau timah hitam atau Plumbum (Pb) adalah salah satu bahan pencemar utama saat ini di lingkungan. Hal ini bisa terjadi karena sumber utama pencemaran timbal adalah dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Selain itu timbal juga terdapat dalam limbah cair industri yang pada proses produksinya menggunakan timbal, seperti industri pembuatan baterai, industri cat, dan industri keramik. Timbal digunakan sebagai aditif pada bahan bakar, khususnya bensin di mana bahan ini dapat
memperbaiki mutu bakar. Bahan ini sebagai anti knocking (anti letup), pencegah korosi, anti oksidan, diaktifator logam, anti pengembunan dan zat pewarna. Adanya timbal pada komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara memungkinkan berkembangnya transmisi pencemaran menjadi lebih luas kepada berbagai mahkluk hidup, termasuk manusia sehingga menimbulkan gangguan kesehatan, seperti terganggunya sintesa darah merah, anemia, dan penurunan intelegensia padaanak.

B.       Timbal di lingkungan

1.      Di Udara.
 Komponen lingkungan mempunyai konsentrasi kadar timbal yang tinggi dan harus diwaspadai adalah udara. Kendaraan bermotor memberikan kontribusi terbesar dalam menyumbang timbal di udara.
Partikel timbal yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor berukuran 0,02–1,00 μm dengan masa tinggal di udara mencapai 4–40 hari. Partikel yang sangat kecil ini memungkinkan timbal terhirup dan masuk sampai ke paru paru. Timbal dalam bentuk gas akan masuk ke dalam tubuh dan dapat terikat di dalam darah.
Hasil tes darah yang dilakukan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) provinsi Jawa Timur dan Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Surabaya pada bulan Juni 2001 menunjukkan bahwa dari 85 orang yang dites darahnya, sebanyak 45 orang atau 50% lebih mempunyai kadar timbal yang tinggi di dalam darahnya. Angka pencemaran paling tinggi adalah pada anak jalanan, yaitu 600 μg/l darah hingga 680 μg/l darah. Batas normal timbal dalam darah adalah 400 μg/l darah (Anonimous, 2001).

2.        Di Air.

Sumber utama adanya timbal di air berasal dari pembuangan limbah yang mengandung timbal. Salah satu industri yang dalam air limbahnya mengandung timbal adalah industri aki penyimpanan di mobil, di mana elektrodanya mengandung 93% timbal dalam bentuk timbal oksida (PbO2). Public Health Service Amerika Serikat menetapkan bahwa sumber-sumber air untuk masyarakat tidak boleh mengandung timbal lebih dari 0,05 mg/L, sedangkan WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/L. Dalam mengkontaminasi sumber air, hampir semua timbal terdapat dalam sedimen, dan sebagian lagi larut dalam air (Fardiaz, 2001). Menurut Mukono (2002) di Amerika Serikat ditemukan kadar timbal dalam air minum mencapai 50 μg/l yang disebabkan oleh pemakaian tandon dan pipa air minum yang berlapiskan timbal. Indonesia juga mempunyai nilai ambang batas timbal untuk air bersih dan air minum berdasarkan Permenkes RI No. 416 tahun 1990 yaitu sebesar 0,05 mg/l. Timbal yang ada di dalam air dapat masuk ke dalam organisme di perairan, dan jika air tersebut merupakan sumber air konsumsi masyarakat maka timbal tersebut tentunya akan masuk ke dalam tubuh manusia. Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 adalah 0,1 mg/l. Pada analisa kandungan timbal dalam tumbuhan air didapatkan 13,0 mg/kg timbal pada pajanan 10 μg/l. Akar tumbuhan mengandung 2,5 kali lebih tinggi dari batang. Air yang mengandung timbal, jika digunakan untuk menyiram tanaman akan menimbulkan risiko masuknya timbal ke dalam tanaman. Hasil penelitian pemanfaatan air Sungai Bengawan Solo yang mengandung timbal digunakan untuk mengairi sawah, ternyata terdapat timbal dalam padi hasil panen sebesar 13,57 mg/kg (Diponegoro, 1997). Demikian juga hasil penelitian Naria (1999) menemukan bahwa pada kandungan timbal tanaman pada umur 26 hari setelah tanam adalah 1,98 ppm untuk bayam, 2,72 ppm untuk selada, dan 1,80 ppm untuk kangkung. Tanaman tersebut setiap hari disiram dengan air sungai yang mengandung timbal rata – rata 0,063 ppm. Masuknya timbal ke dalam tanaman tersebut berarti munculnya risiko kesehatan pada manusia ketika mengkonsumsi tanaman tersebut.

3.        Di Tanah.

 Keberadaan timbal di dalam tanah dapat berasal dari emisi kendaraan bermotor, di mana partikel timbal yang terlepas ke udara, secara alami dengan adanya gaya gravitasi, maka timbal tersebut akan turun ke tanah. Kandungan timbal dalam tanah bervariasi misalnya karena kepadatan lalu lintas, jarak dari jalan raya dan kondisi transportasi. Kandungan timbal lebih banyak ditemukan pada permukaan tanah sampai beberapa cm di bawahnya.
Kandungan timbal di tanah yang belum diolah 6 – 20 ppm, dan pada tanah yang sudah diolah mencapai 300 ppm. Logam berat, seperti timbal, di dalam tanah ditemukan juga dalam bentuk ion. Logam yang tidak terikat dengan senyawa kompleks bersifat larut dan relatif tersedia bagi tanaman. Adanya senyawa organik di dalam tanah dapat mengikat logam menjadi senyawa kompleks sehingga dapat mengurangi bahaya akumulasi logam di dalam tanaman (Stevenson, 1982 dalam Shiela, 1994).
 
4.        Dalam Bahan Pangan.

 Bahan pangan yang dikonsumsi manusia juga mengandung timbal secara alami. Pada ikan dan binatang lain yang mengandung timbal 0,2-2,5 mg/kg, pada daging atau telur mengandung timbal sebesar 0-0,37 mg/kg, padi-padian mengandung timbal sebesar 0- 1,39 mg/kg dan sayur-sayuran mengandung 0- 1,3 mg/kg. Dengan demikian, maka kita perlu memperhatikan menu makanan yang dikonsumsi setiap hari. Indonesia mempunyai batas maksimum cemaran Timbal (Pb) pada bahan makanan yang ditetapkan oleh Dirjen POM dalam Surat Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan. Bahan makanan seperti susu dan hasil olahannya kadar maksimum adalah 1,0 ppm, untuk sayuran dan hasil olahannya maksimum 2,0 ppm, untuk ikan dan hasil olahannya maksimum 2,0 ppm, dan untuk beberapa jenis bahan makanan lainnya.

C.       Dampak Timbal di Lingkungan

1.    Terhadap Kesehatan

Timbal adalah logam berat yang dapat menyebabkan keracunan dan terakumulasi dalam tubuh manusia. Mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem pernafasan, oral, ataupun langsung melalui permukaan kulit.
- Pernafasan
- Oral
- Kulit
Jaringan Lunak:
- Hati
- Ginjal
- Syaraf
Jaringan Mineral:
- Tulang
- Gigi
Sekreta:
- Urine
- Faeces
- Keringat
Kira-kira 40% dari timbal yang masuk melalui pernafasan, diabsorbsi sampai ke saluran pernafasan. Sekitar 5-10% dari senyawa timbal yang masuk diserap oleh saluran gastrointestinal. Timbal yang masuk melalui makanan, masuk ke saluran cerna, dan dapat masuk ke dalam darah. Pada anak-anak, tingkat penyerapan timbal mencapai 53%. Hal ini jauh berbeda pada tingkat penyerapan orang dewasa, yaitu sekitar 10%. Defisiensi besi (Fe) dan Kalsium (Ca) serta diet lemak tinggi dapat meningkatkan absorbsi timbal gastrointestinal. Peningkatan asam lambung dapat meningkatkan absorbsi usus sehingga absorbsi timbal juga meningkat (Riyadina,1997).
Timbal yang diabsorbsi oleh tubuh akan mengikat gugus aktif dari enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase), di mana enzim ini berfungsi pada sintesa sel darah merah. Adanya senyawa timbal akan mengganggu kerja enzim ini sehingga sintesa sel darah merah menjadi terganggu (Palaar, 1994). Timbal juga akan didistribusikan ke darah, cairan ekstraselular, dan beberapa tempat deposit. Tempat deposit timbal berada di jaringan lunak (hati, ginjal, dan syaraf) dan jaringan mineral (tulang dan gigi). Timbal yang terakumulasi dalam skeleton (tulang) diperkirakan sekitar 90% dari jumlah keseluruhan. Tulang berfungsi sebagai tempat penyimpanan karena sifat ion Pb2+ yang hampir sama dengan Ca2+. Pb2+ yang berkumpul dalam skeleton kemungkinan dapat diremobilisasi ke bagian-bagian tubuh lainnya lama setelah absorbsi awal (Fardiaz, 2001). Waktu paruh timbal secara biologi dalam tulang manusia diperkirakan 2-3 tahun. Timbal dalam darah akan dapat dideteksi dalam waktu paruh sekitar 20 hari, sedangkan ekskresi timbal dalam tubuh secara keseluruhan terjadi dalam waktu paruh sekitar 28 hari. Dari darah dan tempat deposit, timbal kemudian diekskresikan melalui urine, faeces, dan keringat (Riyadina, 1997). Kadar timbal dalam darah merupakan indikator pemajanan yang sering dipakai dalam kaitannya dengan pajanan eksternal. Kadar timbal dalam darah dapat merupakan petunjuk langsung jumlah timbal yang sesungguhnya masuk dalam tubuh. Dengan demikian untuk mengetahui dan mengukur kadar timbal dalam tubuh manusia dapat dilihat melalui darah, sekreta, jaringan lunak, dan jaringan mineral. Tetapi spesimen biomarker yang mewakili keberadaan timbal adalah darah dan urine. Kadar maksimum Pb yang masih dianggap aman dalam darah anak-anak sesuai dengan yang diperkenankan WHO dalam Depkes (2001) adalah 10 μg/dl darah, sedangkan untuk orang dewasa adalah 10- 25 μg/dl darah Kategori μg Pb/100ml Darah Deskripsi A (normal) < 40 Tidak terkena paparan atau tingkat paparan normal B (dapat ditoleransi) 40 – 80 Pertambahan penyerapan dari keadaan terpapar tetapi masih bisa ditoleransi C (berlebih) 80 – 120 Kenaikan penyerapan dari keterpaparan yang banyak dan mulai memperlihatkan tanda-tanda keracunan D (tingkat bahaya) > 120 Penyerapan mencapai tingkat bahaya dengan tandatanda keracunan ringan sampai berat
Masuknya timbal secara berlebihan ke dalam tubuh, dapat mengakibatkan keracunan. Keracunan oleh persenyawaan timbal disebut juga plubism (Darmono, 2001). Besarnya tingkat keracunan timbal menurut WHO (1977) dalam Naria (1999)
dipengaruhi oleh:
 1.    Umur.
Anak-anak mengabsorbsi timbal lebih banyak dari orang dewasa. Anakanak juga lebih rentan sehingga dapat terjadi efek keracunan pada kandungan timbal yang rendah dalam darah.
2.    Jenis kelamin.
Wanita lebih rentan dibandingkan dengan pria.
3.        Musim panas akan meningkatkan daya racun timbal.
4.        Peningkatan asam lambung akan meningkatkan absorbsi timbal
5.        Peminum alkohol lebih rentan terhadap timbal.
Di dalam tubuh, keracunan akibat timbal dapat menyebabkan gangguan anatomi tubuh. Gambaran anatomi akibat keracunan timbal dapat terlihat pada (Robbins, 1995):
a)        Darah:
Anemia, biasanya mikrositik (eritrosit berukuran kecil), hipokromik (peningkatan hemoglobin eritrosit secara abnormal), berhubungan dengan rusaknya sintesis hemoglobin dan meningkatnya kerapuhan sel darah merah
Basophilic stippling (gambaran berbintik-bintik) pada sel-sel darah merah
 b)       Sistem syaraf:
Ensefalopati (penyakit degenaratif otak) pada anak-anak dengan membengkaknya otak, kemungkinan demielinasi (rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih sebelah belakang, kematian sel-sel syaraf.
Sekeliling radang urat syaraf dengan demielinasi.
 c)        Rongga mulut:
Garis timbal ginggiva (gusi) terdapat pada orang dewasa dengan ginggivitis (deposit berwarna biru/hitam dari timbal sulfida).
 d)       Ginjal:
Inklusi intranuklir (pencangkupan inti) tahan asam, terutama dalam sel-sel tubulus proksimal (terdiri dari bagian kompleks timbal protein.
 e)        Sistem rangka
Endapan timbal yang radioopak (yang tidak dapat dilalui sinar-X), sehingga membentuk gambaran seperti piringan berwarna putih pada epifise anak-anak.
Secara visual akan muncul gejala dari dampak keterpaparan timbal secara akut maupun kronis. Keterpaparan timbal secara akut melalui udara yang terhirup akan menimbulkan gejala rasa lemah, lelah, gangguan tidur, sakit kepala, nyeri otot dan tulang, sembelit, nyeri perut, dan kehilangan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan anemia. Pada beberapa kasus akut akibat terpapar timbal terjadi oliguria (urin sedikit) dan gagal ginjal yang akut dapat berkembang secara cepat.
            Dampak kronis dari keterpaparan timbal diawali dengan kelelahan, kelesuan,irritabilitas, dan gangguan gastrointestinal. Keterpaparan yang terus-menerus pada sistem syaraf pusat menunjukkan gejala insomnia (susah tidur), bingung atau pikiran kacau, konsentrasi berkurang, dan gangguan ingatan. Beberapa gejala lain yang diakibatkan keterpaparan timbal secara kronis di antaranya adalah   kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi, serta aborsi spontan pada wanita. Pada laki-laki telah terbukti adanya perubahan dalam spermatogenesis, baik dalam jumlah, gerakan, dan bentuk spermatozoa, semuanya mempunyai nilai yang lebih rendah dari standar normal. Pada wanita hamil yang terpapar, timbal melewati plasenta wanita hamil tersebut yang dapat menyebabkan janin dalam kandungannya ikut terpapar sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), toksisitas dan bahkan kematian. Adanya timbal yang  berlebihan dalam tubuh anak akan mengakibatkan kejadian anemia yang terus menerus, dan akan bedampak pada penurunan intelegensia. Timbal yang masuk ke dalam tubuh bisa saja tidak mengakibatkan gangguan kesehatan. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah mengatur asupan harian yang berpotensi mengandung timbal, seperti makanan. Tubuh kita masih bisa menerima timbal dalam batas-batas tertentu. Menurut WHO (1977) dalam Naria (1999), untuk mengantisipasi akumulasi timbal dalam tubuh, ditetapkan Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) timbal yaitu 50 μg/ kg BB untuk anak-anak, sedangkan untuk orang dewasa asupan harian timbal yang ditetapkan adalah 200-300 μg per hari.

 
BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Bahan pencemar timbal telah dibuktikan terdapat pada berbagai komponen lingkungan utama pendukung kehidupan, yaitu udara, air, tanah, dan bahan pangan. Mewaspadai pencemaran timbal adalah tindakan preventif yang bijaksana agar tidak terjadi gangguan kesehatan. Tindakan yang lebih bijak lagi adalah mengurangi pencemaran timbal pada sumbernya, dan mengurangi pencemaran timbal di lingkungan. Cara yang dapat kita tempuh antara lain menggunakan bensin tanpa timbal, sehingga emisi timbal ke udara menjadi berkurang. Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan menanam pohon pohon yang dapat menyerap timbal terutama timbal yang terdapat di udara.

B.    Saran
Akhirnya makalah yang berjudul mewaspadai dampak bahan pencemar timbal (Pb) di lingkungan terhadap kesehatan ini telah selesai dan semoga makalah yang sedemikian singkat ini bisa bermanfaat bagi kita semua baik itu bagi kalangan Mahasiswa, Pelajar Umum sehingga bisa mengerti tentang bahaya dampak pencemaran bahan timbal.


Read more